Andai media sosial-media sosial zaman dulu seperti Friendster, MySpace, dan kawan-kawannya masih ada, pasti bakalan jadi barang bukti buat tahu kita dulunya alay atau enggak. Banyak anak zaman sekarang yang begitu ngeliat temen yang masih alay, langsung dibully, lalu biar terlihat keren langsung defensive dengan berkata, “Gue sih dulu nggak alay tuh”. Padahal, semua orang pasti pernah alay. Cuma seberapa cepet tobatnya aja yang beda-beda. Ada yang udah sadar, ada juga yang ampe jadi om-om pun nggak sadar-sadar.
Nah, biar nostalgia, ini adalah evolusi bahasa alay dari dulu sampai sekarang. Kalau kalian gaya tulisannya masih ada di list berikut ini, maka fixed, kalian masih alay:
Sok Imut
Entah kenapa SMS jaman dulu itu rata-rata sok imut banget. Kenapasih mau nulis kata “Bingung” aja, jadinya “Binund”? Mau nulis “Iyaaa :)” aja, jadi “Eaaa :)”.
Ini kan ngeselin. Apalagi kalau yang nulis laki-laki.
Hurufnya Gede Kecil
Kalau dianalisa, orang-orang yang tulisannya masih kayak gini adalah orang yang handphone-nya masih ada keypad-nya. Tinggal tekan tanda “#”, langsung shift. Makanya gampang ngetik gede-kecilnya. Sekarang kan handphone cabe-cabean mayoritas smartphone, mau neken shift, ribet. Itulah kenapa sekarang berkurang drastis alay-alay dengan tipe tulisan kayak gini.
Kalau dipikir-pikir, apa ya motivasi orang-orang dulu ngetiknya kayak gini?

Huruf Diganti Simbol dan Angka
Kalimat yang dikombinasikan dengan simbol dan angka adalah hasil kreatifitas. Hasil kreatifitas yang salah. Dulu, ngetik dengan perpaduan simbol dan angka tujuannya biar dianggap keren, biar beda dari orang-orang. Tapi ternyata, setelah bertahun-tahun, kita menyadari kalau semua itu alay.
Mari kita toss.

(Sumber: http://musik.kapanlagi.com/berita/owl-city-kembali-ngetwit-status-alay-d741e6.html)
X = nya
Sepanjang karir peralayan saya, jujur, saya belum pernah terkontaminasi dengan gaya tulisan yang seperti ini. Kalian pernah? Tujuannya apa?
“Misalnya” jadi “Misalx”, “Katanya” jadi “Katax”. Untung budaya ini udah mulai punah. Kalau dibiarkan kan bisa-bisa Negara “Kenya”, ganti jadi negara “Kex”.
G=K dan K=Q
Dong jadi donk, Aku jadi Aq, Kamu jadi Qmu. Kalau diucapkan, dua-duanya harus manyun-manyunin bibir. Mungkin keimutan alay jaman dulu susah dikontrol, jadi terbawa ke ketikan SMS.
Diakhiri Tanda Koma
Kegunaan ‘spasi’ pada keypad handphone adalah untuk memisahkan satu kata ke kata lainnya. Tapi masalahnya, anak alay itu males pake spasi. Mereka malah milih tanda “koma” sebagai pengganti spasi. Contoh:
“Kamu lagi di mana?” jadi, “Kamu,,,lagi,,di,,mana?”
Yap, lagi-lagi, kreatifitas yang salah.

Penggunaan Tanda Baca yang Nggak Benar
Ngerasa nggak sih, waktu pas kita terjebak di masa tulisan alay, kita menganggap hal itu biasa-biasa aja? Baru sekarang aja setelah beberapa tahun, setelah mendapatkan celaan dan edukasi yang (lumayan) baik, kalian berubah. Tulisannya nggak ada yang gede-kecil, pake simbol, atau diganti-ganti pake angka.
Tapi mikir nggak sih, kalau sebenarnya, tulisan kalian yang sekarang itu masih banyak yang alay? Tau nggak di mana letaknya? Yap! Di penggunaan tanda baca yang nggak sesuai dengan EYD. Masih banyak yang nulis kalimat yang tidak sesuai dengan EYD, contoh yang benar: “Sayang, aku udah sampai ya. Kamu di mana?”, kebanyakan masih nulis dengan seperti ini, “Sayang,aku udah sampai ya.kamu dimana?”
Tau salahnya di mana? Yap! Setelah tanda baca nggak ada spasi, lalu, masih bingung membedakan mana kata “di” yang harus dipisah dan disambung.
Bukan nggak mungkin, orang-orang yang kayak gini, nasibnya bakalan sama dengan alay-alay yang di atas; dibully. So, perhatikan EYD, guys!
Tidak ada komentar:
Posting Komentar