Pencarian Cepat Terkait

Rabu, 30 Oktober 2013

Sweet,Sour,HOT !


Senja itu temaram,gelap dalam damai
Menyisakan sedikit luka dihati yang penuh
Aku mulai meyakininya,saat mentari hilang menelan diri
Namun cakrawala masih tetap sama saja,begitu
Dingin,beku seperti kamu dipelupuk mata
Membisu dalam damainya senja menjelang malam
***&***&
“Mau ikut ke lapangan basket ran?”
“Lapangan UNY lagi?”
“Iya,kan cuma UNY lapangan di jogja ini yang paling keren”
Dera menarik lengan sweaterku pelan dan memohon.Aku tersenyum kecil dan bangkit dari kursi kayu panjang di samping kamar kost-ku,bergegas mengganti baju dan menyambar tas selempanganku yang tergantung di sudut kamar.Mengunci kost,dan pergi bergadengan dengan Dera menuju Halte bus
Aku Rana,Rana Gladys Anissa.Gadis yang berasal dari tempat yang jauh dari kota ini,Yogyakarta.Daerah Istimewa yang selalu aku idamkan sejak aku ada di bangku kelas tiga SMP.Sebenarnya,ada larangan dari kedua orang tuaku atas keputusan nekadku ini. ‘Kota Berbahaya’ kata orang tuaku,Ibuku sebetulnya paling benci hal ini,apalagi Ayahku,orang keras kepala yang hanya selalu mengatur segala aktifitasku.Itulah mengapa aku memilih mengasingkan diri jauh dari mereka dan hidup sendiri.
Dera Apriana Sagita Arumdhani,berasal dari Palembang.Mungkin dia juga satu nasib denganku,tapi bedanya,dia hidup di sebuah keluarga yang hancur.Usaha yang dirintis ayahnya bangkrut lalu kedua orang tuanya bercerai.Sejak kecil dia sudah merasakan broken home,jadi Dera lebih paham tentang kemandirian,bukan kaya aku yang manja
“Kenapa sih kamu lebih milih di Jogja daripada di asal kamu ran?”tanya Dera saat aku menjatuhkan badanku diatas bangku lapangan
Aku hanya tersenyum dan kembali sibuk dengan buku sketsa ditanganku, “Biar lebih bebas aja”ujarku
“Tapi Jogja itu kan rawan,kalau buat anak rusak kaya aku gini sih nggak ada masalah,tapi kamu itu yang jadi masalah ran”Dera menyambar pulpenku lalu menggelung rambutnya dengan pulpen yang menjadi sarana sketsaku itu.
“Bukan masalah rawan,rusak,atau apa sih ra.Tapi ini masalah tanggung jawab,ke Tuhan,keluarga,pendidikan.Yah,kadang aku juga was-was sih sama keadaanku.”aku tersenyum sekali lagi,mencoba memberi alasan
Dera terdiam dan tertawa pelan sambil menutup mulutnya dengan tissue,yang aku tak tahu datang darimana.
“Atau alasan sebenarnya adalah kamu pengen ketemu sama cowok idolamu ya?”tebaknya,
Aku hanya diam dan memejamkan mata,pura-pura tidur.Biar saja Dera ngoceh nggak karuan,satu lagi,aku rasa memang itulah yang membuat aku ada di kota pelajar ini.Bertemu cowok idola!

Aku heran pada langit yang berkabut
Huh,pengasingan kehidupan dari mata Tuhan yang semu
Berbatas berganti corak nan mencolok mata bernyawa
Buat mata terbakar saja dipandang!!
Huh,buat kemelut mendung pada hati bersinar

“Rana? Cinta itu apa sih?”tanya Dera tiba-tiba sambil mengguncang tubuhku pelan
“Cinta itu sebuah anugrah Tuhan kepada semua makhluknya,anugrah terindah”balasku pelan,
“Tapi cinta juga buta kan ran?”
“Nggak juga,maksudku mungkin aja sih.”
“Ran,rasanya dicintai sama parents itu gimana sih?”
Degg,
Hatiku bergetar,mencuat.Dera menatapku tersenyum,mata cokelatnya menggambarkan wajah cantik dan anggunnya.Aku menghela nafas pelan lalu memasukkan buku sketsaku dan memeluk Dera tanpa menjawab pertanyaannya lagi
“Ra,kalau aja aku bisa mohon ke ayah sama ibu buat angkat kamu sebagai anak,aku bakal buat kamu ngrasain cinta orang tua.Sabar aja ya ra,Allah pasti bakal bantu kamu kok”ucapku,
“Makasih ya Rana,kamu juga udah kaya ibu buat aku.”
“Maksud kamu?”tanyaku heran
“Gak kok Ran,bercanda tadi.Haha”ucapnya melepas pelukanku dan berlari kearah ring basket
“Haha,aku tau maksudnya apa! Dasar Upil!”
Aku bangkit dan mengejarnya,inilah satu-satunya cara agar Dera nggak frustasi atas masalah keluarganya itu.Tapi sesuatu menghambatku,kakiku tetap diam dan nggak bisa digerakkan atau dengan kata lain mati rasa.Dera melihatku dan berhambur lari menghampiri,disusul dua orang cowok yang tiba-tiba sudah ada dibelakang Dera.
“DEERAAAA!!”
“Rana? Kamu baik?”ucap Dera berhambur ke arahku
“Kakiku Ra,bantu aku,kakiku,tolongin aku Ra”
“Sini aku bantu aja”ucap cowok disamping Dera
“Tolong kakiku”aku tak perduli lagi siapa yang menolongku,ini mungkin yang Ibuku selalu khawatirkan.
Cowok berjaket biru tadi menggendongku kearah gedung aula UNY yang setahuku selalu dikunci,tapi mungkin hari ini berbeda.Dia mendudukanku dan mencoba menarik pelan kakiku,nyeri sekali.
Aku menatapnya,oh matanya bening,indah.Seperti seseorang,tapi siapa? Aku lupa.
“Agak mending?”tanyanya tiba-tiba
“Mungkin sedikit,maturnuwun
“Sama-sama,yaudah aku tinggal dulu ya.Kasian tuh si abang udah nunggu,permisi”
“Iya,”
Aku menatap langkah kakinya yang memudar dari pandangan,tiba-tiba ia membalikkan badan dan tersenyum,membuat raut muka Jawa Oriental-ku merona.Aku sempat melihat Dera menjabat tangan cowok itu di gerbang aula dan sedikit ngobrol,lalu bergegas menghampiriku dan membantuku berdiri dengan hati-hati
“Cowok tadi namanya Akka,satunya itu kakaknya,namanya Lang,”jelas Dera padaku
Aku mengerutkan alis,mencoba berfikir dan mengingat dengan otakku yang standar ,dengan kata lain ber-IQ jongkok atau tengkurep(kata teman SMP) . Huh,Akka? Lang? Nggak asing banget nama itu!
“Vokalisnya The Great Plant ran,”ujarnya lagi,mendetailkan.
The Great Plant! Akka Araga dan Lang Araga! Duh,Gusti!
Yaampun! aku nggak nyadar ra,! Argh! Damn!”ucapku,rasanya sungguh dramatis kalau aku sama sekali pangling dengan wajah tampannya!
“Sabar dulu,jangan sedih ya.Dia ngasih nomernya nih,kalau kamu mau sms,pake inisial AKA dibawah message.Karna banyak banget yang sms dia,jadi dia cuma bakal bales yang penting”
“Ahh,makasih nak!! Makasih banget,aku sayang kamu nak!”aku berhambur ke pelukannya dan mengedip,
APA AKU SEDANG BERMIMPI TUHAN ?!
“Kembali ibuku,haha”Dera mengeratkan lagi pelukannya dan menggandeng tanganku untuk pulang ke kost

Ini awal perjalanan panjang dan nyata
Tempat sejoli bertemu muka
Menantang garis pembatas kasta
Ah,ditekankan apa guna
Mungkin mereka jatuh cinta
Bak sepasang merpati muda bersayap dara

“Gimana ran? Udah sms si cakep itu?”tanya Dera
Aku tersenyum kecil,menarik Dera agar duduk di sampingku.Dera menghela nafas dan memegang mukaku,lembut.
“Aku tau,pasti kamu takut si Akka nggak bales kan?”
Aku melenggang kedapur tanpa jawaban,sementara Dera tetap diam duduk.Dan tanpa sadar,gadgetku sudah ada ditangan Dera,aku terkesiap,menjerit dan berusaha merebut dari tangan Dera.
“Hap dapet gajeet”ledeknya
“Ra balikin deh!”
“Loh,bukannya kamu dari
dulu ngebet pengin message idola kan? Kalo malu ya aku aja yang sms”
“Ra!”teriakku,tapi Dera acuh dan bergegas bangkit
Dera keluar kamar kostku dan menuju ke kostnya,membuat aku pasrah.Aku berebah diatas kasur dan mengambil buku sketsa yang ada diatas meja lampu disamping kasurku,memulai menggambar sebuah pola muka,dikelilingi rambut dan telinga.Dihiasi bibir tebal,mata besar dan hidung mancung dan berakhir dengan sebuah crayon oil.Sempurna!
“Hai ran! Tau nggak Akka bales terus loh pesan kamu.Ternyata dia orangnya asik buat chatting ran! Dan saranku sih gebet aja.”ujar Dera tiba-tiba
“Eh,masuk darimana sih?”tanyaku heran,setauku
pintu udah aku tutup,dan kalo ada yang masuk pasti pintunya berderit kayak anak tikus kejepit.
“Noh jendela kan nggak pernah ditutup.”jawabnya asal dan menunjuk sebuah jendela kayu disamping kasurku
“Nyalahin jendela lagi.Anak aneh.”ucapku.Sketsaku kulempar ke arah lemari kayu,selalu tepat sasaran.
“Huh,”dengusnya
“Akka ngajak ketemuan loh ran!”sambungnya lagi

Tidak ada komentar:

Posting Komentar