Senja itu temaram,gelap
dalam damai
Menyisakan sedikit luka
dihati yang penuh
Aku mulai meyakininya,saat
mentari hilang menelan diri
Namun cakrawala masih tetap
sama saja,begitu
Dingin,beku seperti kamu
dipelupuk mata
Membisu dalam damainya
senja menjelang malam
***&***&
“Mau ikut ke lapangan basket ran?”
“Lapangan UNY lagi?”
“Iya,kan cuma UNY lapangan di jogja ini yang paling keren”
Dera menarik lengan sweaterku pelan dan memohon.Aku tersenyum kecil dan bangkit dari kursi kayu panjang di samping kamar kost-ku,bergegas mengganti baju dan menyambar tas selempanganku yang tergantung di sudut kamar.Mengunci kost,dan pergi bergadengan dengan Dera menuju Halte bus
Dera menarik lengan sweaterku pelan dan memohon.Aku tersenyum kecil dan bangkit dari kursi kayu panjang di samping kamar kost-ku,bergegas mengganti baju dan menyambar tas selempanganku yang tergantung di sudut kamar.Mengunci kost,dan pergi bergadengan dengan Dera menuju Halte bus
Aku Rana,Rana Gladys Anissa.Gadis yang berasal dari tempat yang jauh dari
kota ini,Yogyakarta.Daerah Istimewa yang selalu aku idamkan sejak aku ada di
bangku kelas tiga SMP.Sebenarnya,ada larangan dari kedua orang tuaku atas
keputusan nekadku ini. ‘Kota Berbahaya’ kata orang tuaku,Ibuku sebetulnya
paling benci hal ini,apalagi Ayahku,orang keras kepala yang hanya selalu
mengatur segala aktifitasku.Itulah mengapa aku memilih mengasingkan diri jauh
dari mereka dan hidup sendiri.
Dera Apriana Sagita Arumdhani,berasal dari Palembang.Mungkin dia juga satu
nasib denganku,tapi bedanya,dia hidup di sebuah keluarga yang hancur.Usaha yang
dirintis ayahnya bangkrut lalu kedua orang tuanya bercerai.Sejak kecil dia
sudah merasakan broken home,jadi Dera
lebih paham tentang kemandirian,bukan kaya aku yang manja
“Kenapa sih kamu lebih milih di Jogja daripada di asal kamu ran?”tanya Dera
saat aku menjatuhkan badanku diatas bangku lapangan
Aku hanya tersenyum dan kembali sibuk dengan buku sketsa ditanganku, “Biar
lebih bebas aja”ujarku
“Tapi Jogja itu kan rawan,kalau buat anak rusak kaya aku gini sih nggak ada
masalah,tapi kamu itu yang jadi masalah ran”Dera menyambar pulpenku lalu
menggelung rambutnya dengan pulpen yang menjadi sarana sketsaku itu.
“Bukan masalah rawan,rusak,atau apa sih ra.Tapi ini masalah tanggung
jawab,ke Tuhan,keluarga,pendidikan.Yah,kadang aku juga was-was sih sama keadaanku.”aku
tersenyum sekali lagi,mencoba memberi alasan
Dera terdiam dan tertawa pelan sambil menutup mulutnya dengan tissue,yang
aku tak tahu datang darimana.
“Atau alasan sebenarnya adalah kamu pengen ketemu sama cowok idolamu
ya?”tebaknya,
Aku hanya diam dan memejamkan mata,pura-pura tidur.Biar saja Dera ngoceh
nggak karuan,satu lagi,aku rasa memang itulah yang membuat aku ada di kota
pelajar ini.Bertemu cowok idola!
Aku heran pada langit yang
berkabut
Huh,pengasingan kehidupan
dari mata Tuhan yang semu
Berbatas berganti corak nan
mencolok mata bernyawa
Buat mata terbakar saja
dipandang!!
Huh,buat kemelut mendung
pada hati bersinar
“Rana? Cinta itu apa sih?”tanya Dera tiba-tiba sambil mengguncang tubuhku
pelan
“Cinta itu sebuah anugrah Tuhan kepada semua makhluknya,anugrah terindah”balasku
pelan,
“Tapi cinta juga buta kan ran?”
“Nggak juga,maksudku mungkin aja sih.”
“Ran,rasanya dicintai sama parents itu gimana sih?”
“Ran,rasanya dicintai sama parents itu gimana sih?”
Degg,
Hatiku bergetar,mencuat.Dera menatapku tersenyum,mata cokelatnya
menggambarkan wajah cantik dan anggunnya.Aku menghela nafas pelan lalu
memasukkan buku sketsaku dan memeluk Dera tanpa menjawab pertanyaannya lagi
“Ra,kalau aja aku bisa mohon ke ayah sama ibu buat angkat kamu sebagai
anak,aku bakal buat kamu ngrasain cinta orang tua.Sabar aja ya ra,Allah pasti
bakal bantu kamu kok”ucapku,
“Makasih ya Rana,kamu juga udah kaya ibu buat aku.”
“Maksud kamu?”tanyaku heran
“Gak kok Ran,bercanda tadi.Haha”ucapnya melepas pelukanku dan berlari
kearah ring basket
“Haha,aku tau maksudnya apa! Dasar Upil!”
Aku bangkit dan mengejarnya,inilah satu-satunya cara agar Dera nggak
frustasi atas masalah keluarganya itu.Tapi sesuatu menghambatku,kakiku tetap
diam dan nggak bisa digerakkan atau dengan kata lain mati rasa.Dera melihatku
dan berhambur lari menghampiri,disusul dua orang cowok yang tiba-tiba sudah ada
dibelakang Dera.
“DEERAAAA!!”
“Rana? Kamu baik?”ucap Dera berhambur ke arahku
“Kakiku Ra,bantu aku,kakiku,tolongin aku Ra”
“Sini aku bantu aja”ucap cowok disamping Dera
“Tolong kakiku”aku tak perduli lagi siapa yang menolongku,ini mungkin yang
Ibuku selalu khawatirkan.
Cowok berjaket biru tadi menggendongku kearah gedung aula UNY yang setahuku
selalu dikunci,tapi mungkin hari ini berbeda.Dia mendudukanku dan mencoba
menarik pelan kakiku,nyeri sekali.
Aku menatapnya,oh matanya
bening,indah.Seperti seseorang,tapi siapa? Aku lupa.
“Agak mending?”tanyanya tiba-tiba
“Mungkin sedikit,maturnuwun”
“Sama-sama,yaudah aku tinggal dulu ya.Kasian tuh si abang udah nunggu,permisi”
“Iya,”
“Iya,”
Aku menatap langkah kakinya yang memudar dari pandangan,tiba-tiba ia
membalikkan badan dan tersenyum,membuat raut muka Jawa Oriental-ku merona.Aku sempat melihat Dera menjabat tangan
cowok itu di gerbang aula dan sedikit ngobrol,lalu
bergegas menghampiriku dan membantuku berdiri dengan hati-hati
“Cowok tadi namanya Akka,satunya itu kakaknya,namanya Lang,”jelas Dera
padaku
Aku mengerutkan alis,mencoba berfikir dan mengingat dengan otakku yang standar ,dengan kata lain ber-IQ jongkok
atau tengkurep(kata teman SMP) . Huh,Akka?
Lang? Nggak asing banget nama itu!
“Vokalisnya The Great Plant ran,”ujarnya lagi,mendetailkan.
“Vokalisnya The Great Plant ran,”ujarnya lagi,mendetailkan.
The Great Plant! Akka Araga dan Lang Araga! Duh,Gusti!
“Yaampun!
aku
nggak nyadar ra,! Argh! Damn!”ucapku,rasanya sungguh dramatis kalau aku sama
sekali pangling dengan wajah
tampannya!
“Sabar dulu,jangan sedih ya.Dia ngasih nomernya nih,kalau kamu mau sms,pake
inisial AKA dibawah message.Karna
banyak banget yang sms dia,jadi dia cuma bakal bales yang penting”
“Ahh,makasih nak!! Makasih banget,aku sayang kamu nak!”aku berhambur ke
pelukannya dan mengedip,
APA AKU SEDANG BERMIMPI
TUHAN ?!
“Kembali ibuku,haha”Dera mengeratkan lagi pelukannya dan menggandeng
tanganku untuk pulang ke kost
Ini awal perjalanan panjang
dan nyata
Tempat sejoli bertemu muka
Menantang garis pembatas
kasta
Ah,ditekankan apa guna
Mungkin mereka jatuh cinta
Bak sepasang merpati muda
bersayap dara
“Gimana ran? Udah sms si cakep itu?”tanya
Dera
Aku tersenyum kecil,menarik Dera agar duduk di sampingku.Dera menghela
nafas dan memegang mukaku,lembut.
“Aku tau,pasti kamu takut si Akka nggak bales kan?”
Aku melenggang kedapur tanpa jawaban,sementara Dera tetap diam duduk.Dan tanpa
sadar,gadgetku sudah ada ditangan Dera,aku terkesiap,menjerit dan berusaha
merebut dari tangan Dera.
“Hap dapet gajeet”ledeknya
“Ra balikin deh!”
“Loh,bukannya kamu dari
dulu ngebet pengin message idola kan? Kalo malu ya aku aja yang sms”
“Ra!”teriakku,tapi Dera acuh dan bergegas bangkit
Dera keluar kamar kostku dan menuju ke kostnya,membuat aku pasrah.Aku
berebah diatas kasur dan mengambil buku sketsa yang ada diatas meja lampu
disamping kasurku,memulai menggambar sebuah pola muka,dikelilingi rambut dan
telinga.Dihiasi bibir tebal,mata besar dan hidung mancung dan berakhir dengan
sebuah crayon oil.Sempurna!
“Hai ran! Tau nggak Akka bales terus loh pesan kamu.Ternyata dia orangnya
asik buat chatting ran! Dan saranku
sih gebet aja.”ujar Dera tiba-tiba
“Eh,masuk darimana sih?”tanyaku heran,setauku
pintu udah aku tutup,dan kalo ada yang masuk pasti pintunya berderit kayak
anak tikus kejepit.
“Noh jendela kan nggak pernah ditutup.”jawabnya asal dan menunjuk sebuah
jendela kayu disamping kasurku
“Nyalahin jendela lagi.Anak aneh.”ucapku.Sketsaku kulempar ke arah lemari
kayu,selalu tepat sasaran.
“Huh,”dengusnya
“Akka ngajak ketemuan loh ran!”sambungnya lagi
Tidak ada komentar:
Posting Komentar